Kamis, 17 Mei 2018

Dugong ku sayang, Lamun ku malang!



Populasi dugong di perairan Indonesia kian terancam, Artikel ini membahas pentingnya melestarikan dugong dan habitatnya.

 “Sudah bukan suatu keanehan lagi jika melihat mereka yang katanya manusia menginjak-injak makanan kita, merusak habitat kita dan memakan daging kita tanpa gusar sedikit pun. Ah apalah daya duyung tak dianggap sepertiku”  

Halo readers, ada yang tau dugong? mungkin gumaman diatas adalah isi hati dugong yang tidak  pernah tersampaikan. So, kali ini saya dan Dugong and Seagrass Conservation Project (DSCP ) Indonesia akan menyampaikan isi hati si duyung dan memenangkan hatinya ! ceilee

Dugong yang biasa disebut duyung memiliki kehidupan hampir 90% di lamun. Bertubuh tambun padahal hampir tiap hari diet memiliki bobot mencapai 450 kg dengan panjang 3 meter. Mampu menahan nafas selama 12 menit sambil berenang dan mencari makan. Namun saat ini kehadiran dugong sudah mulai jarang terlihat.

Banyak faktor yang menjadikan dugong mulai jarang terlihat  selain karena sifat alamiahnya yang pemalu banget dugong jarang terlihat dikarenakan habitat yang mulai rusak, penangkapan dugong yang berlebihan, terperangkap jaring nelayan dan ketabrak kapal. sadisssss

Dulu banget di tahun 70'an Helena Marsh yang merupakan Peneliti di James Cook University memperkirakan populasi dugong (Dugong dugon) di Indonesia mencapai 10.000 individu dan jika suatu saat nanti mengalami penurunan populasi sebanyak 1.000 individu saja. Eksistensi yang tinggi karena jumlahnya yang terlampau lebih membuat manusia lupa dan terus-terusan memburu daging, air mata dan taring dugong untuk dikonsumsi dan dijual.

Tau ga readers, Dugong merupakan salah satu mamalia yang memiliki ancaman hidup yang tinggi karena reproduksinya yang lambat. Dibutuhkan waktu 10 tahun untuk menjadi dugong dewasa dan 14 bulan untuk melahirkan satu individu pada interval 2,5-5 tahun padahal dugong dapat hidup hingga 70 tahun. Nahh gimana ga cepet punah kalo baru lahir udah diburu, belum dewasa udah diambil, belum bisa bereproduksi udah di sate.

Saat ini dugong menjadi perhatian penuh pemerintah sehingga mamalia ini dilindungi undang-undang nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Hayati dan Ekosistemnya dan Undang-undang nomor 7 tahun 1999 tentang pengawetan jenis tumbuhan dan satwa. Selain itu dugong juga sudah terdaftar dalam Global RED List of IUCN sebagai vulnerable to extinction atau rentan terhadap kepunahan. Selain perburuan yang tidak manusiawi habitat dugong juga menjadi ancaman hilangnya duyung cantik ini.

Lamun yang dinobatkan sebagai tempat bernaung mulai kehilangan keseimbangannya karena simbiosis mutualisme antara dugong dan padang lamun sudah jarang terjadi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyatakan bahwa dari 1.507 km2 luas padang lamun di Indonesia, hanya 5% yang sehat, 80 % kurang sehat dan 15% tidak sehat.

Faktor manusia (anthropogenic stress)  menjadi ancaman yang paling nyata diantaranya pembuangan limbah ke laut, reklamasi pantai, penggunaan air yang berlebih, penggundulan hutan, dan aktivitas wisata menjadikan keberadaan lamun semakin terkikis. Kesadaran manusia akan pentingnya peranan lamun bagi ekosistem hayati laut juga masih sangat kurang.



Seekor duyung (Dugong dugon) sedang memakan lamun di perairan Filipina
Foto: Jurgen Freund/WWF/Mongabay Indonesia Sumber: Google

Lamun yang menjadi sumber makanan utama dugong memiliki peranan yang penting bagi biota laut lain seperti ikan baronang, cumi, gastropoda dan biota lainnya karena lamun sebagai tempat mencari makan, berlindung dan memijah. Duyung eksotik ini memakan daun dan rizoma lamun terutama spesies pioneer seperti genus Halophila dan Halodule .

Selain itu readers, padang lamun juga berfungsi sebagai penahan gelombang, penstabil sedimen sehingga air laut menjadi lebih jernih. Fungsi ajaib lamun yang lain adalah mampu mengurangi perubahan iklim dengan menyerap dua kali lebih banyak dari jumlah seluruh karbondioxida (CO2) yang mencapai 83.000 ton/km2 yang disimpan dihutan dengan menyerap 5.446 Mg per tahun loh .

Dugong dan lamun memiliki keterikatan bathin yang kuat. Eh simbiosis mutualisme maksudnya So, Ketika Dugong memakan lamun dengan mengacak-acaknya hal tersebut yang menyuburkan sedimen lamun. Lalu kotoran dugong berguna sebagai perkembangan lamun itu sendiri.

Duh berarti ketiadaan lamun meniadakan dugong begitupun sebaliknya ya?

Iyaaaa readers makanya itu kita sebagai manusia yang baik harus menjaga dan melestarikan dugong kembali demi kemaslahatan kita bersama. Dengan cara apa aja tuh?

Dengan cara yang paling sederhana seperti mempelajari informasi mengenai dugong, melaporkan jika terjadi pencemaran di habitat lamun, tidak membuang sampah sembarangan dan mendukung kegiatan konservasi pemerintah salah satunya melalui DSCP Indonesia, serta  menghindari membeli bagian tubuh dugong, yang mentah ataupun yang telah diolah udah ngebantu banget loh readers.

So, kalian ga mau kan di masa depan anak cucu kita ga bisa kenalan sama lamun dan dugong?

Salam Lestari !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dugong ku sayang, Lamun ku malang!

Populasi dugong di perairan Indonesia kian terancam, Artikel ini membahas pentingnya melestarikan dugong dan habitatnya.